Marvel mengubah banyak kisah mengenai Sif
Penggambaran Marvel tentang Sif juga memiliki perbedaan dengan warna rambut dari kisah mitologinya. Dalam komik, Sif digambarkan memiliki rambut hitam, tetapi dalam mitologi, rambutnya berwarna emas.
Tidak ada alasan resmi mengapa Marvel mengubahnya, tetapi banyak yang berasumsi bahwa perubahan itu dilakukan agar Sif lebih kontras secara visual dengan Thor dalam komik.
Dalam komik, Sif adalah pejuang yang kejam—gadis perisai Asgard—yang kekuatannya tidak diragukan lagi. Namun, versi mitologi Sif, baik Prosa Edda atau Poetic Edda, Sif hanyalah Dewi Bumi yang tidak melakukan pertempuran.
Bahkan, banyak cendekiawan berpendapat bahwa pernikahan Sif dan Thor adalah simbol ritual hujan untuk bercocok tanam. Namun, kisah pernikahan itu tidak ada dalam komik Marvel. Thor dan Sif versi Marvel memiliki hubungan sebatas tim. Hubungan itu juga merupakan penyimpangan dari mitos-mitos lama.
Film Thor hingga Game of Thrones, enam mitologi Nordik kuno yang masih menarik perhatian
Sumber gambar, Getty Images
Dari sosok Thor dalam film Marvel hingga pasukan White Walkers di Game of Thrones, mitologi Nordik - kepercayaan masyarakat Eropa Utara seperti Denmark, Norwegia, Islandia, dan Swedia - telah memengaruhi budaya dan gagasan terkini, mengutip sebuah buku baru.
Seorang penulis terkenal dari Amerika Serikat, Mark Twain menulis: "Tidak ada yang namanya ide baru. Kita hanya mengambil banyak ide lama dan memasukkannya ke dalam semacam kaleidoskop mental. Kita memutarnya dan mereka membuat kombinasi baru dan menarik."
Pandangan ini benar dan berlaku dalam menceritakan atau menulis sebuah cerita. Saya seorang novelis, dan mengajar cara menulis kreatif. Dalam disiplin ini, premis bahwa ada tujuh plot dasar (sebagaimana diuraikan dalam buku dengan nama yang sama oleh Christopher Booker) berlaku.
Kisah-kisah yang kita ceritakan mencerminkan siapa kita, baik sebagai individu maupun masyarakat, pada waktu tertentu.
Membaca kisah-kisah dari abad yang lalu memberikan keyakinan bahwa, meski waktu terus berubah, naluri dan emosi manusia cenderung lebih konstan dan universal.
Kenikmatan dari membaca adalah dapat berkomunikasi dekat dengan orang lain melalui cerita yang mereka tinggalkan – tetapi untuk mengenali dunia mereka, itu adalah sesuatu milik kita sendiri.
Sebuah buku baru, The Norse Myths that Shape the Way We Think karya Carolyne Larrington, seorang profesor di Universitas Oxford, mengeksplorasi resonansi kontemporer dari mitos Nordik, dan memeriksa konsep ulangnya dalam budaya populer.
"Mitos-mitos Nordik penting karena terjadi di lanskap yang bagi orang-orang di Inggris dan dunia yang berbahasa Inggris, dapat kita kenali," kata Profesor Larrington kepada BBC Culture.
"Dan tidak seperti mitos Yunani dan Romawi, mereka [Nordik] menggambarkan dunia yang terbatas. Penduduknya berbaris menuju akhir zaman. Jadi mereka memiliki nada pesimisme yang beresonansi di dunia yang lebih sekuler."
Meskipun demikian, mereka bukannya tanpa harapan atau pencerahan. Dari eksplorasi sajak sedih tentang lingkungan, renungan tentang maskulinitas dan eksistensialisme, mitos Nordik kuno ini mendukung banyak cara berpikir kita saat ini.
Sumber gambar, Getty Images
Ketika teks-teks alkitab dan legenda lainnya mengaitkan banjir, bencana, dan wabah penyakit dengan murka Tuhan atau para dewa, kisah Yggdrasill lebih bergema di dunia yang waspada terhadap dampak dari perbuatan manusia.
Sebuah versi dari pohon kehidupan, Yggdrasill berdiri di pusat alam semesta Nordik Kunon (Old Norse). Cabang-cabangnya menjulang ke langit; akarnya turun ke dunia orang mati dan raksasa beku.
Makhluk hidup yang hidup di atasnya berkembang dan merusaknya. Ketika akhir dunia tiba, pohon itu mengerang dan terhuyung-huyung tetapi kita tidak diberitahu apakah pohon itu akan tumbang.
"Yggdrasill adalah model untuk lingkungan kita yang sebaiknya kita pikirkan," kata Larrington. "Ini mewakili dunia alami yang memberi tetapi tidak dapat diambil begitu saja: sistem simbiosis yang mungkin - atau mungkin tidak - menahan semua penghancuran yang dilakukan manusia padanya."
Peringatan tersirat sangat relevan sekarang, mengingat bahwa Yggdrasill bukan sembarang pohon tetapi pohon abu. "Warnanya abu-abu keperakan," tulis Neil Gaiman dalam novel American Gods tahun 2001 yang mengandung mitos.
"Spektral namun benar-benar nyata." Anda hanya perlu berjalan melalui salah satu dari banyak hutan di seluruh dunia yang baru-baru ini dirusak oleh penyakit abu mematikan, untuk melihat pembukaan hutan yang luas, di mana baru-baru ini berdiri pohon abu-abu keperakan yang benar-benar asli.
Dewa-Dewi Mitologi Nordik
Foto: Film Thor (instagram.com/marvelindonesia)
Mitologi Nordik kaya akan cerita tentang dewa-dewi yang memiliki kekuatan dan kepribadian yang unik.
Berikut adalah beberapa dewa-dewi utama dalam mitologi Nordik:
Dipercaya sebagai makhluk pertama atau dewa pertama yang lahir dari es yang dijilat oleh Audhumbla. Ia adalah ayah dari Borr.
Merupakan ayah dari Odin, Ve, dan Vili, yang diperolehnya dari istri seorang raksasa bernama Bestla.
Raja para dewa, pemimpin Asgard, dan dewa kebijaksanaan, pengetahuan, dan peperangan.
Nationalgeographic.co.id—Jord adalah ibu dari dewa Thor dalam mitologi Nordik. Dia paling sering digambarkan sebagai jotunn atau jotnar yang artinya raksasa wanita. Istilah ini, tidak menunjukkan ukuran atau watak dalam mitologi Nordik.
Jotunn atau jotnar adalah ras yang memiliki kekuatan setara dengan dewa dalam mitologi Nordik. Banyak wanita jotnar menikahi dewa Aesir atau melahirkan anak mereka. Hubungan ini umum dan normal, memperjelas bahwa hanya ada sedikit perbedaan antara wanita dari kedua ras.
Sementara banyak dewa dan anggota keluarga mereka jarang disebutkan dalam sumber-sumber Nordik yang masih hidup, ibu Thor terbukti dengan baik.
Namanya Jord dan dia umumnya diidentifikasi sebagai raksasa wanita. Meskipun tidak ada detail yang bertahan dari hubungan mereka, pada suatu saat dia dipasangkan dengan Odin dan mereka melahirkan seorang putra yang paling terkenal.
Terlepas dari hubungan yang menonjol ini, Jord tidak pernah muncul sebagai karakter dengan haknya sendiri. Namun, beberapa sejarawan masih melihat alasan untuk percaya bahwa Jord pernah menjadi tokoh terkemuka dalam mitologi sebelumnya.
Sementara kisah pribadinya telah hilang, arti namanya dan identitas putranya membuat beberapa orang berteori bahwa Jord mungkin pernah menjadi ibu dewi utama agama Jermanik.
Didukung oleh fakta bahwa Jord juga muncul di beberapa daftar dewi. Meskipun dia adalah seorang raksasa wanita, tidak ada yang aneh dalam perannya.
Tidak ada mitos bertahan hidup yang menceritakan bagaimana Jord dan Odin menjadi orang tua Thor. Tidak seperti orang Yunani dan Romawi, orang Nordik tidak banyak menulis tentang hubungan pribadi dan drama dewa mereka.
Meskipun Odin menikah dengan Frigg dalam mitologi Nordik, pada suatu saat dia memiliki setidaknya satu anak dengan Jord. Anak tersebut adalah Thor, dewa guntur yang kuat dan populer dalam mitologi Nordik.
Nama Jord adalah salah satu yang paling terbukti dalam mitologi Nordik. Thor sering disebut "anak Jord" dan dia terdaftar bersama ibu-ibu lain dari anak laki-laki Odin sebagai salah satu saingan Frigg.
Dia juga memiliki perbedaan karena memiliki garis keturunan keluarga yang jelas yang diberikan setidaknya dalam satu sumber. Banyak karakter dalam mitologi Norse, bahkan dewa yang lebih menonjol, tidak memiliki catatan seperti itu.
Menurut Prosa Edda, seorang raksasa wanita yang namanya berarti "Malam" adalah ibu Jord. Ayahnya adalah suami kedua raksasa wanita ini dan kakeknya, ayah Night, adalah Narfi.
Dalam beberapa kasus, sumber menyebut wanita lain sebagai ibu Thor. Terlepas dari banyak penggunaan namanya dan keunggulan putranya, bagaimanapun, hanya sedikit yang dikatakan tentang Jord dalam legenda yang masih hidup.
Salah satu alasan Jord begitu teruji dalam sumber primer adalah karena arti namanya. Sebagai kata benda, jord berarti "bumi" atau "tanah".
Oleh karena itu, seringkali sulit bagi sejarawan untuk membedakan referensi mana yang secara khusus berbicara tentang dewi. Beberapa bagian bisa lebih umum berbicara tentang tanah itu sendiri.
Arti nama Jord tidak hanya menyebabkan kebingungan dalam terjemahan. Hal ini mungkin juga menunjukkan tradisi yang lebih tua dalam mitologi Nordik.
Istri Odin secara tradisional diberikan sebagai Frigg, seorang dewi yang domainnya termasuk keluarga dan persalinan. Frigg adalah ibu dari dua putranya, Baldur dan Hodr.
Meskipun Baldur sangat dicintai, dia tidak pernah sekuat atau sepopuler Thor. Bukti tekstual dan arkeologis menunjukkan bahwa Thor adalah salah satu dewa yang paling dihormati dan disembah secara luas di jajaran dewa.
Beberapa sarjana percaya bahwa kepentingan ini mungkin, setidaknya sebagian, karena Thor pernah dianggap sebagai pewaris sah Odin.
Mereka juga percaya bahwa Jord adalah istri Odin dalam legenda versi sebelumnya. Seiring perkembangan dan evolusi mitologi, dewi bumi digantikan oleh sosok ibu yang lebih domestik dan berbudaya.
Beberapa bukti untuk ini tampaknya bertahan dalam teks-teks terkenal. Salah satu segmen Prosa Edda, misalnya, menyatakan bahwa "Bumi adalah putri Odin dan istrinya," dan menyebut Thor sebagai putra pertama dewa.
Karena tidak ada catatan lain dari tradisi ini, beberapa orang berpikir bahwa itu mencerminkan kisah yang lebih tua, jika tidak hilang, di mana Odin menikahi seorang dewi bumi yang juga seorang putri atau kerabat dekat lainnya dan memiliki Thor sebagai ahli warisnya.
Para sarjana percaya bahwa mitologi komparatif juga mendukung penafsiran ini. Seorang antropolog terkemuka melihat kesamaan antara Thor dan karakter lain dari mitologi Indo-Eropa. Dewa-dewa ini, katanya, seringkali merupakan keturunan dari dewa utama dan dewi bumi.
Tulisan-tulisan Nordik juga tampaknya mendukung teori ini. Meskipun Jord adalah seorang jotunn, cara dia terdaftar di antara dewi lainnya sesuai dengan wanita jotnar seperti Gerdr dan Skadi yang menikah dengan jajaran dewa.
Mengubah keyakinan juga bisa memberikan penjelasan sementara Jord begitu banyak direferensikan tetapi tidak memiliki mitosnya sendiri. Saat Frigg menggantikannya sebagai istri Odin, cerita individu Jord mungkin telah dipindahkan ke dewi yang lebih menonjol.
Maka, ada kemungkinan bahwa dalam kepercayaan Zaman pra-Viking, Odin menikah dengan dewi bumi, bukan Frigg. Sementara dia diganti di cerita selanjutnya, namanya dan keunggulan putra sulungnya tetap dalam kepercayaan Nordik.
Tragedi Dosa Kesombongan Antigone dan Polynices dalam Mitologi Yunani
Selama hampir 60 tahun, versi Thor yang telah kita saksikan di Marvel Comics. Film-film yang didasarkan padanya sudah menjadi citra dewa petir dalam budaya pop. Masalahnya, Thor sebagai sosok legendaris sudah ada sekitar seribu tahun yang lalu sebelum Stan Lee, Jack Kirby, dan Larry Lieber mengangkatnya ke dunia superhero mereka. Namun, tidak semua kisahnya berhasil masuk ciptaan mereka.
Marvel Comics memang menggabungkan mitologi Nordik (Norse) ke dalam karya mereka. Lagi pula, menciptakan superhero versi modern itu memang membutuhkan improvisasi dan proses yang sangat berbeda dari evolusi figur melalui legenda dan kepercayaan yang sudah ada. Berikut hal-hal yang Marvel ubah tentang mitologi Nordik Thor.
Perbedaan yang paling jelas antara Thor Marvel dan sosok aslinya—jika dilihat dari sudut pandang visual—yaitu warna rambutnya. Odinson versi Marvel terkenal dengan rambut pirangnya sampai-sampai dijuluki Goldilocks. Versi aslinya digambarkan memiliki rambut merah dengan jenggot yang sesuai.
Dalam Viking: A History of the Northmen, W.B. Bartlett menyebutkan kalau Thor itu berambut merah, berjanggut merah, dan bermata merah. Sekitar 1905, pelukis Jerman, bernama Max Koch dalam lukisannya berjudul Donar-Thor juga menggambarkan Thor berambut merah.
Tidak ada yang tahu mengapa Marvel berimprovisasi dengan sosok Thor. Namun, banyak yang berasumsi bahwa itu ada hubungannya dengan desain kostum dan proses pembuatan film saat itu.
Rambut merah dianggap tidak cocok dengan jubah yang dipakai Thor. Ditambah lagi, hal itu dapat membingungkan visual dan membuatnya jauh lebih mencolok daripada rambut kuning atau pirang.
Odin dalam mitologi Nordik sangat berbeda dengan versi Marvel
Versi Odin yang kita lihat dalam film digambarkan sebagai pemimpin yang bijaksana. Bagaimanapun, Odin adalah dewa pertempuran dan kematian.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Namun, dalam mitologi Nordik, Odin sendiri memiliki kecenderungan yang cukup kejam seperti saat dia menikam penyihir Gulveig sebanyak tiga kali dengan tombak sihirnya; membakar tubuh penyihir itu; kemudian memberikan hatinya kepada Loki. Namun, kisah itu tidak berhasil masuk ke MCU.
Komiknya justru menggambarkan Odin sebagai sosok yang sangat pemarah dan memiliki beberapa aksi kekerasan epos di masa lalunya.
Salah satu kisah awal, yang menciptakan salah satu musuh paling mematikan Thor, melibatkan masa lalu ketika Odin memusnahkan seluruh planet karena kejahatannya dan menyebabkan kebencian satu miliar jiwa untuk bergabung menjadi monster yang disebut Mangog.
Sembilan Dunia di Mitologi Nordik
Foto: film viking - Pathfinder
Dalam mitologi Nordik, terdapat sembilan dunia yang saling terhubung melalui pohon Yggdrasil, yang dianggap sebagai pusat dunia.
Setiap dunia memiliki karakteristik dan penghuni yang unik:
Asgard adalah dunia para Æsir, atau dewa-dewa tinggi yang berkuasa. Terletak di atas cabang Yggdrasil yang dialiri oleh mata air Urd.
Vanaheim adalah dunia para Vanir, yaitu dewa-dewi kecil yang berdekatan dengan Asgard di lingkungan dewa.
Alfheim merupakan tempat tinggal para Elf, yang merupakan ras dewa kecil yang mengatur kesuburan.
Midgard adalah dunia manusia, tempat tinggal makhluk yang tidak abadi.
Jötunheimr adalah dunia para Jotun, atau raksasa, yang sering kali menjadi musuh para dewa.
Svartálfheim adalah dunia para Svartálfar atau Dökkálfar, yaitu kaum elf dari kegelapan.
Niddhavell adalah dunia para Dwarf, atau orang kerdil, yang tinggal di gua-gua atau di bawah tanah sebagai penambang dan pengrajin logam yang mahir.
Niflheim adalah dunia bawah tanah yang dingin, dihuni oleh para Jotun es dan dikuasai oleh Hel, anak perempuan Loki.
Muspell atau Muspellheim adalah dunia api, menjadi tempat tinggal bagi Surt, raksasa yang kulitnya seperti lahar dan rambutnya berupa api.
Baca Juga: Sinopsis Nothing Uncovered, Drakor Thriller Perselingkuhan
Fakta tentang palu Thor
Dalam komik dan Marvel Cinematic Universe, beberapa elemen cerita yang paling berpengaruh ialah pesona mistis pada palu Thor, Mjolnir. Palu hanya bisa diangkat oleh kekuatan Thor. Namun, Thor versi Marvel bukan saja dewa petir, melainkan juga simbol dewa yang memiliki kekuatan besar.
Sementara, dalam mitologinya, Thor tidak memiliki pesona seperti itu. Thor Nordik hanya bisa mengangkat Mjolnir karena ia memiliki dua peralatan khusus, yakni Jarngreipr dan Megingjord—sarung tangan besi dan sabuk kekuatan. Sebenarnya, itu ada dalam komik, tetapi Megingjord dijadikan sebagai kekuatan tambahan Thor.
Baca Juga: Apakah Thor Lebih Kuat dari Superman? Berikut 5 Penjelasannya
Mitos ketenaran yang abadi
Sumber gambar, Getty Images
Valhalla (atau Valhǫll) adalah aula yang megah, diperintah oleh dewa Odin, tempat prajurit yang telah meninggal hidup berdampingan dengan raja dan tokoh legendaris lainnya.
Saat Ragnarok (akhir dunia) tiba, mereka akan dipanggil untuk melawan Jotnar (raksasa).
Valhalla adalah aula ketenaran untuk masyarakat heroik, tempat di mana mereka yang tewas dalam pertempuran terus hidup. Valhalla juga terus hidup.
Pada tahun 1830, Putra Mahkota Ludwig dari Bavaria menugaskan pembangunan kuil Valhalla di dekat Regensburg, Jerman. Di sini, pahlawan pan-Jerman dihormati sebagai upaya untuk memperkuat proyek penyatuan Jerman.
Sekitar waktu yang sama, August Smith membuat museum Valhalla di Tresco Abbey Gardens, Kepulauan Scilly, Inggris, untuk mengumpulkan ukiran dari bangkai kapal setempat.
Aula ketenaran mitos juga digambarkan dalam opera Ring Cycle karya Richard Wagner, lalu terlihat juga dalam banyak lukisan, dan dalam tulisan Hunter S Thompson.
Elton John, Led Zeppelin dan Jethro Tull semuanya mengacu pada Valhalla dalam lagu mereka.
"Dalam masyarakat pra-Kristen, terutama masyarakat Jerman, satu-satunya cara untuk bertahan hidup setelah kematian Anda adalah dengan mencapai ketenaran," kata Profesor Larrington, menjelaskan daya tarik mitos tersebut.
"Sekarang karena kepercayaan budaya pada gagasan kehidupan setelah kematian berkurang, orang berpegang teguh pada gagasan untuk menjadi terkenal dan membuat diri mereka terkesan di dunia dengan cara tertentu. Valhalla adalah ketenaran kami selama 15 menit."
Sumber gambar, Getty Images
Ragnarök (kiamat dari para dewa) adalah akhir dunia Nordik, yang secara jelas juga bergema di Armageddon Kristen.
Dalam mitologi Nordik, Ragnarök memuncak dalam pertempuran terakhir antara dewa dan setan serta raksasa, yang berakhir dengan kematian para dewa. Dunia berakhir dengan api dan es.
Pandangan ini tergambar dalam "Musim Dingin Akan Datang" karya George RR Martin. Pepatah dalam Game of Thrones itu adalah moto dari House Stark - terletak di Utara Westeros dan sering dilanda musim dingin yang paling parah - tetapi juga merupakan peringatan umum bahwa hal-hal buruk akan terjadi.
Dan Ragnarök juga merupakan tema populer di Death Metal atau Viking Metal Skandinavia, yang mengacu pada mitologi Nordik.
Di Ragnarök, generasi dewa yang lebih tua akan dihancurkan. "Hal ini tak terhindarkan," tulis Larrington dalam bukunya. "Bahkan para prajurit di Valhalla tidak bisa mengalahkan kekuatan kosmik. Setelah mitos ini berakhir, dunia akan bangkit kembali. Tapi pertanyaannya tetap, apakah ini akan menjadi perbaikan dari yang lama?"
Dalam menceritakan kembali mitosnya, Ragnarok: The End of the Gods, penulis AS Byatt memutuskan bahwa dunia tidak akan kembali, sedangkan bagi penulis Neil Gaiman dalam bukunya Norse Mythology, ada gema dari Animal Farm. Generasi dewa yang baru mengulangi gerakan yang sama, dan sejarah berulang dengan sendirinya.
Ragnarök ada di masa depan – dan di masa lalu.
Mitos pencari kebijaksanaan
Odin, ayah dari Thor dan pencipta dunia Nordik, juga merupakan dewa perang, pencinta puisi, sajak, sihir, dan kematian.
Tapi dia tidak maha tahu, dan melakukan pengembaraan baik di dunia manusia maupun dunia dewa untuk mencari kebijaksanaan. Ini ada harganya. Ketika dia mencapai Sumur Urd, dia diberitahu bahwa untuk menyesap air kebijaksanaan dia harus mengorbankan sebelah mata.
Odin sang pengembara menginspirasi Gandalf karya JRR Tolkien. Ia juga meminjamkan namanya menjadi Wednesday, dari bahasa Inggris Kuno "wōdnesdæg", aslinya dari "Woden" (Odin).
Di dunia film Marvel, Odin selalu digambarkan dengan mata kanannya yang hilang – sosok bijak, dengan titik buta.
"Odin membentuk cara kita berpikir untuk terus belajar, tetapi pada saat yang sama dia dipandang sebagai kekuatan patriarki yang pada akhirnya harus menyingkir, dan kita sering melihat dikotomi ini dalam politik kontemporer," kata Larrington.
"Pada akhir dunia Nordik, generasi dewa baru akan datang, dengan ide-ide baru yang belum teruji. Tapi ada perasaan bahwa dewa baru ini akan menang."
Sumber gambar, Getty Images
Ada paradoks maskulinitas di dunia Nordik. Di satu sisi, ada pahlawan Viking yang atletis berambut pirang, penolong, suka bertualang, berdagang, menulis puisi dan mengukir sajak, dan di sisi lain ada Berserker, prajurit lain, yang memperkosa dan menjarah, menghancurkan semua yang ada di belakangnya.
Beberapa konsep ulang bahkan memberikan gambaran Viking dengan watak yang disayangi, seperti dalam buku anak-anak abad ke-20 Noggin the Nog, atau memparodikan mereka, seperti dalam film Terry Jones Eric the Viking.
Namun, mungkin mitos yang kuat adalah sekelompok saudara yang heroik dan suka berpetualang yang yakin akan tempat mereka di dunia.
Tapi itu adalah mitos yang terbuka untuk reinterpretasi yang mengganggu. "Pada [pertengahan] abad ke-19, sosok Viking yang suka berpetualang digunakan untuk menopang doktrin superioritas Arya," kata Larrington. "Saat ini, laki-laki yang menjalankan kekuasaan atas perempuan memiliki adopsi mereka sendiri di kelompok kulit putih sayap kanan, yang ingin perempuan 'tahu tempat mereka'."
Itu bukan untuk menganggap mitos itu tidak relevan, Larrington berpendapat.
Sosok prajurit Viking selalu merepresentasikan perjuangan dan kebutuhan akan keseimbangan: antara kemurkaan heroik, kehormatan pribadi, keberanian – dan keterbukaan terhadap cinta. Dan konflik antara gagasan tentang nilai laki-laki tradisional dan laki-laki yang mendiami dunia perempuan bergema hingga saat ini.
Sumber gambar, Getty Images
Thor (dari Norse Þórr lama) adalah dewa terkemuka yang melindungi umat manusia, dan model untuk pahlawan super zaman akhir.
Diciptakan kembali oleh Marvel Comics sebagai Thor yang Perkasa, pahlawan yang memegang palu yang berpatroli di perbatasan dunia manusia dan mengusir para raksasa, dia bergema melalui Superman, Hulk, dan Avengers lainnya.
"Yang menarik adalah bahwa dari mitos-mitos Nordik kuno yang tersisa, adalah seseorang yang bodoh, yang memukul orang dengan palu terlebih dahulu, dan kemudian mengajukan pertanyaan," kata Larrington. "Apa yang telah dilakukan Marvel telah memberinya kurva belajar dengan menempatkannya dalam sebuah keluarga di mana dia memiliki hubungan dengan saudara angkat dan ayah dan di mana dia jatuh cinta, sehingga kekuatan supernya diimbangi oleh kekurangan manusiawinya."
Di dunia Nordik, masyarakat lisan yang tidak memiliki peninggalan tertulis, Thor mewakili nilai-nilai membela yang lemah dan menepati janji.
Di dunia kita yang sebagian besar sekuler, dia bukan tentang berkelahi tetapi siap untuk menanganinya ketika itu muncul. Dia tidak memberikan pipi yang lain, tetapi memiliki keberanian untuk mengungkapkannya.
Bagaimana sosok Hela?
Versi Marvel dari Dewi Kematian Nordik memiliki perbedaan yang cukup jelas dari mitologinya. Marvel menamai versi mereka sebagai Hela—menambahkan a di akhir—mungkin agar lebih mudah untuk membedakan Hel (dewi) dari Hel (dunia orang mati).
Namun, ada perbedaan yang lebih besar. Dia bukan putri Odin. Menurut Eddas, dia Loki dengan raksasa Angrboda. Dia juga digambarkan dengan penampilan yang jauh lebih mengerikan daripada yang kita lihat di Thor: Ragnarok.
Sebagai Dewi Kematian, dia digambarkan dalam Prosa Edda dengan sosok setengah biru hitam dan setengah warna daging (dia mudah dikenali). Hal itu juga diartikan sebagai separuh dari tubuhnya yang masih hidup dan setengahnya mayat yang membusuk atau tengkorak.
Satu hal yang membedakan mitologi Nordik dari sistem kepercayaan kuno lainnya ialah berakhirnya kisah itu dengan Ragnarok, senja para dewa. Musuh-musuh Asgard berkumpul dan para dewa gugur dalam pertempuran heroik mereka.
Dalam mitologi Marvel, Ragnarok adalah sebuah siklus dan kita sebenarnya berada pada inkarnasi Thor yang kelima atau keenam dan sahabat-sahabat lainnya.
Ada satu elemen dari Ragnarok yang sepenuhnya ditentang dalam komik. Legenda menubuatkan bahwa Thor akan mati dalam pertempuran melawan Jormungandr, ular Midgard, yang digambarkan sangat besar dan menakutkan.
Versi Marvel sedikit berbeda. Dalam komik Thor # 380 oleh Walt Simonson, Thor melawan Jormungandr dan berhasil menang. Tidak hanya itu, Thor menghantam ular Midgard dengan sangat kuat sehingga mematahkan tulang-tulang di tubuh ular itu sendiri.
Thor dalam mitologi Nordik dan film.
Nationalgeographic.co.id—Jika mendengar nama Thor, apa yang pertama kali dibayangkan? Pasti Anda menjawab salah satu karakter di serial film Thor dan Avengers garapan Marvel. Tapi, tahukah Anda? Kisah Thor ternyata ada dalam mitologi Norse atau Nordik.
Dikutip Theoi, Thor adalah dewa petir yang membawa palu ajaib yang hanya bisa diangkat oleh diriny sendiri, menurut mitologi Nordik. Palu ini disebut Mjollnir dan merupakan simbol Thor yang paling ikonik. Mjollnirnya akan kembali padanya seperti bumerang ketika dia melemparkannya ke langit.
Selain menjadi dewa petir, Thor juga merupakan dewa petir, badai, kekuatan, dan perlindungan. Dia terkadang dikaitkan dengan kesuburan, melindungi umat manusia, dan memberkati pernikahan.
Thor memiliki rambut merah panjang dan janggut. Dia sering menunjukkan temperamen dan mudah melakukan kekerasan, bahkan jika kekerasan mungkin tidak diperlukan.
Thor adalah putra Odin, dewa kebijaksanaan, puisi, penyembuhan, dan kematian. Odin juga dikenal sebagai penguasa para dewa. Ibu Thor adalah Jord, personifikasi bumi. Thor dianggap sebagai dewa Aesir. Dalam mitologi Jermanik atau Norse, dewa Aesir adalah dewa pejuang, itulah sebabnya Thor biasanya terlihat dalam pertempuran di kemudian hari.
Thor berasal dari alam dewa bernama Asgard dan alam manusia bernama Midgard. Asgard mirip dengan Gunung Olympus dalam mitologi Yunani. Kedua alam ini harus dipertahankan Thor di kemudian hari.
Thor menikah dengan Sif, dewi bumi dari mitologi Norse
Selain palunya, Thor juga memiliki ikat pinggang dan sarung tangan. Sabuk itu disebut Megingjord, yang merupakan kombinasi dari Megin, yang berarti kekuatan dan gjord, yang berarti sabuk, membuat terjemahan literal Megingjord menjadi sabuk yang kuat. Sarung tangan Thor disebut Jarngreipr, yang diterjemahkan menjadi pegangan besi atau sarung tangan besi.
Thor mengendarai kereta yang ditarik oleh dua kambing besar. Kambing ini disebut Tanngnjostr dan Tanngrisnor. Mitologi Norse menggambarkan guntur sebagai suara kereta Thor yang ditarik melintasi langit. Hari ini, hari dalam seminggu, Kamis adalah variasi dari hari Thor, dinamai dari dewa Norse Thor.
Dewa Yunani Setara dengan Thor
Karena Thor adalah dewa Nordik, dia tidak dianggap sebagai dewa dalam mitologi Yunani. Namun, seperti kebanyakan mitologi, ada bahasa Yunani yang setara dengan Romawi, Norse. Oleh karena itu, jika Anda ingin melihat Thor sebagai dewa Yunani, Anda akan melihat dewa Yunani, Zeus. Thor dan Zeus sama-sama dewa yang kuat, membuat mereka sangat mirip.
Baca Juga: Perang Titan, Asal-usul Zeus Jadi Dewa Terkuat dalam Mitologi Yunani
Baca Juga: Mitologi Yunani: Hera Menggulingkan Zeus, Dendam Gara-gara Selingkuh
Baca Juga: Tak Sebanyak Selingkuhannya, Inilah Deretan Istri Abadi Zeus
Dalam mitologi Yunani, Zeus juga disebut dewa guntur, tetapi ia mencakup lebih banyak tanggung jawab dan kekuasaan.
Zeus adalah dewa langit, yang meliputi guntur, kilat, hujan, dan cuaca, tetapi lebih dari itu, dia adalah raja para dewa. Tidak seperti Thor, yang biasanya bereaksi dengan kekerasan impulsif yang hebat, Zeus memiliki lebih banyak kebijaksanaan, kearifan, keadilan, dan keadilan.
Perbedaan antara Thor dan Zeus
Perbedaan utama pertama antara Thor dan Zeus berasal dari hubungan masing-masing dewa dengan ayahnya. Thor sangat dekat dengan ayahnya, Odin, sedangkan Zeus membenci ayahnya, dewa Titan Cronus. Thor tidak bisa melempar petir dan halilintar seperti yang bisa dilakukan Zeus. Tetapi, Thor memiliki palu ajaibnya Mjollnir yang dapat menghasilkan hasil yang sama dengan petir Zeus.
Pada intinya, Thor telah menjadi salah satu dewa Norse paling ikonik karena palu dan status menonjol yang dimilikinya di Asgard. Marvel Comics dan Marvel Studios telah membantu menceritakan kisah Thor melalui serial film Thor dan Avengers.
Namun, penggambaran di film jelas sedikit berbeda dari mitologi aslinya alias telah diadaptasi kembali.
Varuna, Dewa Langit dan Lautan yang 'Ambigu' dalam Tradisi Hindu Kuno
Mitologi Nordik atau dikenal sebagai mitologi Norse, merupakan kumpulan cerita rakyat dan kepercayaan yang dianut oleh bangsa Viking dan masyarakat Skandinavia kuno.
Cerita-cerita ini berkisah tentang para dewa dan dewi, pahlawan, monster, dan makhluk fantastis lainnya yang hidup di dunia yang penuh dengan keajaiban dan petualangan.
Mitolpgi Nordik memiliki pengaruh besar pada budaya dan sejarah Skandinavia.
Mitologi Nordik telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak seniman, penulis, dan pembuat film selama berabad-abad.
Cerita-cerita tentang Thor, Loki, dan Odin telah diadaptasi menjadi berbagai film, buku komik, dan video game.
Mitologi ini juga memberikan pengaruh besar pada budaya populer, seperti nama-nama hari dalam bahasa Inggris yang berasal dari nama dewa-dewi Nordik.
Ingin tahu lebih lanjut soal mitologi Nordik? Simak penjelasannya di bawah ini, ya!
Baca Juga: 9 Jenis Makhluk Mitologi yang Populer, Sudah Tahu?